Monday 5 August 2013

Hikmah dan Tugas para rasul dan nabi Allah SWT

Hikmah diutusnya para Rasul dan Nabi

1. Allah swt mengutus para rasul as untuk mengenalkan manusia tentang Rabb dan Pencipta mereka serta mendakwahkan mereka untuk beribadah hanya kepada-Nya.
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ [٢١:٢٥]
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (Al-anbiya (21): 25).
2. Kita mengetahui bahwa semua bagian tubuh kita telah diciptakan untuk tujuan dan manfaat tertentu (memiliki hikmah). Mata kita diciptakan dengan tujuan dan tidak diciptakan sia-sia, demikian pula hidung kita, telinga kita, bahkan bagian tubuh paling kecil pun diciptakan dengan manfaat tertentu dan tidak ada yang sia-sia. Maka tidak dapat diragukan lagi bahwa Kita secara keseluruhan pasti telah diciptakan untuk sebuah hikmah (tujuan) yang jelas dan tidak mungkin diciptakan sia-sia.
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ [٢٣:١١٥]
فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ [٢٣:١١٦]
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) ‘arsy yang mulia. (Al-Mu’minun [23]: 115-116).
Namun Kita tidak mungkin mengetahui hikmah tersebut kecuali dengan pengajaran Allah swt melalui para rasul alaihimussalam.
Penduduk bumi hari ini, 100 tahun yang lalu berada di alam ghaib kemudian lahir ke dunia, dan setelah maksimal 100 tahun lagi pasti mereka meninggalkan dunia ini. Manusia tidak akan pernah tahu mengapa ia datang ke dunia atau mengapa ia keluar setelah datang kecuali dengan informasi dari Allah yang telah menciptakannya setelah sebelumnya ia tidak ada sama sekali. Kemudian ia datang ke dunia dalam keadaan hidup kemudian dimatikan untuk keluar dari dunia. Allah swt mengutus para rasul as untuk mengajarkan kepada kita permasalahan ini dan ia adalah perkara yang paling krusial dan terpenting yang tidak dapat kita ketahui tanpa mereka.
Allah swt Rabb yang telah menciptakan kita, Dia lebih mengetahui tentang apa saja yang dapat memperbaiki diri dan keadaan kita, apa saja yang menyucikan jiwa kita, membersihkan akhlaq kita dan Dia telah memberi petunjuk kepada kita melalui para rasul as tentang semua hal yang mengandung hakikat kebahagiaan dunia dan akhirat. Allah swt berfirman:
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ [٢:١٥١]
Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (Al-Baqarah [2]: 151).
3. Allah swt mengutus para rasul untuk menyelamatkan manusia dari perselisihan tentang prinsip-prinsip hidup mereka dan menunjuki mereka kepada kebenaran yang diinginkan Sang Pencipta. Dia berfirman:
وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ إِلَّا لِتُبَيِّنَ لَهُمُ الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ ۙ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ [١٦:٦٤]
Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (An-Nahl [16]: 64).
4. Allah swt mengutus para rasul as untuk iqamatuddin (menegakkan agama-Nya), menjaganya (dari pemalsuan dan upaya penyimpangan), untuk melarang manusia berpecah belah (berbeda) tentangnya, dan agar manusia berhukum dengan hukum yang diturunkan-Nya. Allah swt berfirman:
۞ شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰ ۖ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ ۚ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ ۚ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ [٤٢:١٣]
Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).
إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ ۚ وَلَا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا [٤:١٠٥]
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat. (An-Nisa [4]: 105).
5. Allah swt mengutus para rasul as untuk memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman tentang janji-janji kebaikan berupa nikmat abadi sebagai balasan ketaatan mereka; memperingatkan orang-orang kafir dengan akibat buruk kekafiran mereka, juga untuk membatalkan alasan kekafiran mereka di akhirat karena rasul telah menyampaikan kebenaran kepada mereka (sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak tahu kebenaran). Dia berfirman:
رُسُلًا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا [٤:١٦٥]
(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An-Nisa [4]: 165).
6. Para rasul as diutus untuk memberikan uswah hasanah (keteladanan yang baik) bagi manusia dalam perilaku yang lurus, akhlaq yang utama, ibadah yang shahih dan istiqamah di atas petunjuk Allah swt. Firman Allah swt:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا [٣٣:٢١]
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al-Ahzab [33]: 21).
Semua arahan dan petunjuk Ilahiyah yang mulia ini sekali lagi tidak mungkin dipahami dan dijangkau oleh manusia dengan semata menggunakan akal mereka yang sangat terbatas dan lemah. Mereka hanya dapat mempelajarinya melalui wahyu Allah swt kepada para rasul-Nya.

Tugas Para Rasul Allah SWT

Tugas pokok para rasul Allah ialah menyampaikan wahyu yang mereka terima dari Allah swt. kepada umatnya. Tugas ini sungguh sangat berat, tidak jarang mereka mendapatkan tantangan, penghinaan, bahkan siksaan dari umat manusia. Karena begitu berat tugas mereka, maka Allah swt. memberikan keistimewaan yang luar biasa yaitu berupa mukjizat.
Mukjizat ialah suatu keadaan atau kejadian luar biasa yang dimiliki para nabi atau rasul atas izin Allah swt. untuk membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulannya, dan sebagai senjata untuk menghadapi musuh-musuh yang menentang atau tidak mau menerima ajaran yang dibawakannya. 
Adapun tugas para nabi dan rasul adalah sebagai berikut: 
1. Mengajarkan aqidah tauhid, yaitu menanamkan keyakinan kepada umat manusia bahwa: 
a. Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa dan satu-satunya dzat yang harus disembah (tauhid ubudiyah).
b. Allah adalah maha pencipta, pencipta alam semesta dan segala isinya serta mengurusi, mengawasi dan mengaturnya dengan sendirinya (tauhid rububiyah)
c. Allah adalah dzat yang pantas dijadikan Tuhan, sembahan manusia (tauhid uluhiyah)
d. Allah mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan makhluqNya (tauhid sifatiyah)
2. Mengajarkan kepada umat manusia bagaimana cara menyembah atau beribadah kepada Allah swt. Ibadah kepada Allah swt. sudah dicontohkan dengan pasti oleh para rasul, tidak boleh dibikin-bikin atau direkayasa. Ibadah dalam hal ini adalah ibadah mahdhah seperti salat, puasa dan sebagainya. Menambah-nambah, merekayasa atau menyimpang dari apa yang telah dicontohkan oleh rasul termasuk kategori “bid’ah,” dan bid’ah adalah kesesatan.
3. Menjelaskan hukum-hukum dan batasan-batasan bagi umatnya, mana hal-hal yang dilarang dan mana yang harus dikerjakan menurut perintah Allah swt.
4. Memberikan contoh kepada umatnya bagaimana cara menghiasi diri dengan sifat-sifat yang utama seperti berkata benar, dapat dipercaya, menepati janji, sopan kepada sesama, santun kepada yang lemah, dan sebagainya.


0 comments:

Post a Comment