Thursday 14 March 2013

Perbedaan antara Al-Quran dengan Hadits Qudsi


Yang paling sering terdengar di telinga kita adalah Hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mungkin kita jarang mendengar apa sih Hadits Qudsi itu. Hadits Qudsi adalah hadits yang lafazhnya berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun maknanya berasal dari Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Al-Quran termasuk Kalamullah, namun terdapat perbedaan antara Al-Quran dan Hadits Qudsi. Beberapa perbedaannya di antaranya adalah
  1. Ketika seseorang membaca Hadits Qudsi hanya sekedar membaca, maka hal tesebut tidak dianggap sebagai ibadah kepada Allah Ta’ala. Berbeda dengan Al-Quran yang jika dibaca, maka setiap huruf akan diganjar pahala. Dan setiap hurufnya akan dibalas dengan 10 kebaikan.
  1. Allah Ta’ala menantang siapa saja yang mampu membuat tandingan semisal Al-Quran. Dan ha ini tidak dijumpai pada Hadits Qudsi.
  1. Al-Quran Allah sendiri yang menjaga keshahihannya dan keontetikannya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “ Sesunggungnya Kami lah yang menurunkan Al-Quran, dan Kami pula yang akan menjaganya.” (QS: Al-Hijr: 9) Dan Hadits Qudsi berbeda dengan Al-Quran, boleh jadi Hadits Qudsi tersebut mempunyai derajat yang shahih, hasan, bahkan ada yang dha’if (lemah) dan maudhu’ (palsu). Di dalam Hadits Qudsi juga terdapat tambahan/pengurangan riwayat, dan tambahan/pengurangan riwayat tidak mungkin dijumpai dalam Al-Quran.
  1. Jika kita mengutip Al-Quran dalam bahasa Arab, maka kita tidak boleh mengutipnya hanya dengan makna. Jadi harus sesuai dengan apa yang ada di dalam mushaf. Hal ini merupakan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Sedangkan untuk Hadits Qudsi, maka boleh menukilnya dengan makna saja. Dan mayoritsa ‘ulama membolehkannya.
  1. Al-Quran disyari’atkan dibaca di dalama shalat, dan shalat tidak akan sah jika tanpa bacaan Al-Quran (misalnya surah Al-Fatihah). Dan hal ini berbeda dengan Hadits Qudsi.
  1. Mushaf Al-Quran tidak boleh disentuh kecuali oleh orang yang dalam keadaan suci (telah berwudhu’). Berbeda dengan Hadits Qudsi yang jika dikumpulkan menjadi suatu buku, maka boleh menyentuhnya meskipun dalam keadaan belum berwudhu’.
  1. Al-Quran tidak boleh dibaca seseorang yang sedang dalam keadaan junub (berhadats besar). Ia hanya boleh membacanya ketika telah mandi junub (mandi wajib), atas pendapat yang paling kuat. Dan hal ini berbeda dengan Hadits Qudsi.
  1. Al-Quran berasal dari periwatan yang sangat valid, pasti, dan diyakini kebenarannya. Siapa saja yang mengingkari 1 huruf saja di dalam Al-Quran, maka ia dihukumi kafir karena perbuatannya. Berbeda dengan Hadits Qudsi jika mengingkarinya karena menganggap hadits tersebut tidak shahih, maka tidak bisa dihukumi kafir. Namun hal ini bisa menjadi kafir apabila ia mengingkarinya dalam keadaan berilmu, kemudian mendustakannya, padahal itu shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Demikian perbedaan singkat antara Al-Quran dan Hadits Qudsi. Ringkasan ini diambil dari kitab Al-Qaulul Mufid ‘alaa Kitabit Tauhid, karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin.  Semoga bermanfaat.

0 comments:

Post a Comment